24, Nov 2025
Serangan Israel di Gaza Tewaskan 21 Orang, Termasuk Anak-anak

Serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 21 warga Palestina, termasuk anak-anak, dalam sebuah kamp tenda pengungsian di Jalur Gaza, menurut keterangan medis dari pihak Palestina dan laporan media.

Kepala Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Atif al-Hout, menyatakan bahwa operasi udara menghantam kamp Muwasi, sebuah wilayah tenda yang dihuni para pengungsi Gaza. Serangan tersebut memicu api besar di tenda-tenda darurat dan menimbulkan kerusakan luas.

Menurut laporan, dari korban tewas itu terdapat anak-anak, meskipun jumlah pastinya belum dapat diverifikasi secara independen oleh semua pihak.

Sementara itu, militer Israel menyatakan bahwa serangan itu menargetkan “militan senior Hamas yang terlibat dalam kegiatan teror,” dan mengklaim telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak terhadap warga sipil. Namun, pihak Palestina membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa korban yang tewas terutama adalah warga sipil yang tidak bersenjata.

Serangan ini terjadi di tengah blokade Israel yang berkepanjangan terhadap Gaza, memperparah krisis kemanusiaan yang sudah sangat parah di wilayah tersebut. Al Jazeera+2PBS+2

Duka Kemanusiaan di Zona Aman
Kamp Muwasi sebelumnya ditetapkan oleh pihak Israel sebagai zona kemanusiaan, tempat beberapa warga Gaza diarahkan untuk berlindung. Al Jazeera+1 Namun, kenyataan di lapangan berbicara lain. Serangan terhadap lokasi yang seharusnya “aman” ini memicu protes dan kekhawatiran dari kelompok kemanusiaan serta komunitas internasional. United Nations

Menurut PBB, beberapa zona pengungsian seperti Muwasi telah menjadi sasaran berulang dari serangan udara, meskipun perjanjian gencatan senjata atau deklarasi kawasan aman pernah dibuat. United Nations

Tanggapan Internasional dan Isu Akuntabilitas
Serangan yang menewaskan warga sipil, terlebih anak-anak, kembali memunculkan pertanyaan akan akuntabilitas militer Israel. Organisasi hak asasi manusia dan badan PBB terus mendesak penyelidikan independen atas serangan-serangan di kamp pengungsian yang menelan banyak korban sipil.

Di sisi lain, Israel mempertahankan narasi bahwa operasi militernya menargetkan elemen militan, dan bahwa tindakan yang diambil dibuat dengan pertimbangan menghindari korban sipil sebanyak mungkin. Kendati demikian, tingginya korban di tenda pengungsian yang jelas-jelas dihuni warga sipil menimbulkan skeptisisme di kalangan pengamat internasional.

Dampak Kemanusiaan
Kematian 21 orang, termasuk anak-anak, di kamp tenda menambah catatan kelam krisis Gaza, di mana ribuan warga telah kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi berkali-kali. Kehidupan di tenda darurat sangat rentan — akses terhadap air, makanan, dan layanan medis sangat terbatas.

Kondisi semacam ini mempertegas bahwa perang tidak hanya meninggalkan jejak kerusakan fisik, tetapi juga trauma mendalam bagi penduduk sipil, terutama anak-anak yang tumbuh dalam bayang-bayang konflik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *