22, Mei 2025
Merayakan Rasa Syukur ala Negeri Ginseng Lewat Chuseok

Chuseok (추석), yang juga dikenal sebagai Hangawi (한가위), adalah salah satu perayaan paling penting di Korea Selatan. Dirayakan pada hari ke-15 bulan ke-8 dalam kalender lunar, perayaan ini bertepatan dengan musim gugur dan bulan purnama yang indah. Chuseok merupakan momen bagi masyarakat Korea untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah dan menghormati leluhur mereka.

Asal Usul dan Makna Chuseok

Chuseok memiliki akar sejarah yang panjang, yang dapat ditelusuri kembali ke zaman Tiga Kerajaan (57 SM – 668 M). Pada masa itu, perayaan ini dikenal sebagai Hangawi dan dirayakan sebagai bentuk syukur atas hasil panen. Selain itu, Chuseok juga merupakan waktu untuk mempererat hubungan keluarga dan menjaga tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

Tradisi dan Ritual Chuseok

Salah satu tradisi utama dalam perayaan Chuseok adalah upacara penghormatan kepada leluhur yang disebut charye. Pada pagi hari Chuseok, keluarga-keluarga berkumpul untuk menyajikan berbagai makanan khas di altar sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang mereka. Setelah upacara selesai, makanan tersebut dinikmati bersama sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.

Selain charye, masyarakat Korea juga melakukan seongmyo, yaitu mengunjungi makam leluhur untuk membersihkan dan merawatnya. Kegiatan ini mencerminkan rasa hormat dan penghargaan terhadap para pendahulu.

Kuliner Khas Chuseok

Perayaan Chuseok tidak lengkap tanpa hidangan khas yang disajikan bersama keluarga. Salah satu makanan yang paling ikonik adalah songpyeon, kue beras berbentuk bulan sabit yang diisi dengan berbagai bahan seperti kacang merah, wijen, dan chestnut. Tradisi membuat songpyeon dilakukan bersama anggota keluarga, menciptakan momen kebersamaan yang hangat.

Selain songpyeon, hidangan lain seperti jeon (pancake Korea), galbijjim (iga sapi rebus), dan berbagai jenis tteok (kue beras) juga menjadi bagian dari meja makan saat Chuseok.

Kegiatan Budaya dan Hiburan

Chuseok juga dirayakan dengan berbagai kegiatan budaya dan hiburan tradisional. Salah satunya adalah ganggangsullae, tarian melingkar yang dilakukan oleh perempuan di bawah sinar bulan purnama. Tarian ini melambangkan harapan akan panen yang melimpah dan kehidupan yang sejahtera.

Permainan tradisional seperti ssireum (gulat Korea), yutnori (permainan papan), dan tuho (melempar panah ke dalam guci) juga menjadi bagian dari perayaan, menambah semarak dan kegembiraan dalam keluarga.

Chuseok di Era Modern

Meskipun zaman telah berubah, semangat Chuseok tetap terjaga. Di era modern, banyak masyarakat Korea yang tinggal di kota besar melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk merayakan Chuseok bersama keluarga. Tradisi ini mirip dengan budaya “mudik” di Indonesia saat Lebaran.

Selain itu, perkembangan teknologi memungkinkan orang-orang yang tidak dapat pulang kampung untuk tetap terhubung dengan keluarga melalui panggilan video dan media sosial, menjaga ikatan kekeluargaan meskipun terpisah jarak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *