3, Jul 2025
Digempur Makanan Kekinian, Lemang Khas Bengkulu Masih Bertahan di Jalan Sungai Rupat

Dalam era makanan kekinian yang semakin menjamur dengan berbagai varian kreatif dan inovatif, kehadiran kuliner tradisional seringkali terpinggirkan. Namun, di tengah gempuran tren kuliner modern itu, lemang khas Bengkulu tetap menunjukkan keteguhannya, khususnya di Jalan Sungai Rupat. Makanan tradisional yang satu ini tidak hanya bertahan, tapi juga terus menjadi favorit bagi masyarakat setempat dan wisatawan yang ingin merasakan cita rasa autentik Bengkulu.

Lemang: Warisan Kuliner yang Tak Lekang Oleh Waktu

Lemang adalah makanan tradisional yang dibuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan cara dibakar di dalam bambu. Rasanya yang gurih, legit, dan aroma daun pisang yang khas membuat lemang menjadi sajian yang tak tergantikan, terutama saat acara-acara adat dan perayaan tertentu.

Di Bengkulu, lemang bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas budaya yang diwariskan turun-temurun. Di Jalan Sungai Rupat, keberadaan penjual lemang tetap eksis meski banyak tempat makan modern bermunculan.

Gempuran Makanan Kekinian yang Semakin Pesat

Fenomena makanan kekinian seperti kopi susu, aneka dessert unik, hingga camilan berkonsep kreatif telah menjadi magnet tersendiri bagi generasi muda. Kehadiran kafe dan kedai modern di berbagai sudut kota menjadi pilihan utama mereka untuk bersantai dan berkumpul. Tak heran, kuliner tradisional semacam lemang mulai kehilangan tempatnya di tengah perubahan selera ini.

Namun, hal tersebut tidak membuat penjual lemang di Jalan Sungai Rupat menyerah. Mereka justru menjaga resep dan cara tradisional agar rasa asli lemang tetap terjaga dan diminati.

Lemang di Jalan Sungai Rupat: Tetap Menjadi Primadona

Meski kalah populer di kalangan anak muda, lemang di Jalan Sungai Rupat tetap mendapat tempat di hati warga lokal dan wisatawan yang ingin mencicipi cita rasa asli Bengkulu. Penjual lemang di sini umumnya memasarkan produk mereka dengan harga terjangkau dan tetap mempertahankan kualitas bahan serta proses pembakaran bambu yang autentik.

Salah satu pedagang lemang di kawasan tersebut, Pak Hadi, mengaku bahwa meski omzet sempat menurun karena tren makanan kekinian, kini pembeli mulai kembali berdatangan, terutama saat akhir pekan dan hari-hari besar.

“Orang-orang sekarang mulai mencari makanan yang punya nilai tradisi dan rasa yang asli. Lemang kita ini punya keunikan yang tidak bisa didapatkan di tempat lain,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Upaya Pelestarian Kuliner Tradisional

Selain mengandalkan kualitas rasa, komunitas pencinta kuliner Bengkulu juga mulai aktif melakukan promosi budaya makanan tradisional, termasuk lemang. Mereka menggelar festival kuliner, edukasi memasak lemang, dan memperkenalkannya ke generasi muda melalui media sosial.

Inisiatif ini diharapkan mampu menjaga eksistensi lemang agar tetap dikenal luas, bahkan di tengah derasnya arus makanan kekinian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *